Cerpen : Dingin Dan Tiba-tiba

Dingin dan Tiba-tiba

       Masih saja sama dingin dan angkuh. Tak ada yang bisa mengerti apa maunya sekarng. Terkadang tiba-tiba saja ia terdiam dingin dan kemudian juga menjauh. Dan terkadang juga ia datang mendekat tanpa diduga.
          Sampai akhirnya aku memberanikan diri untuk berbicara tentang apa yang selama ini aku rasakan, meskipun akku belum paham belum apa yang sebenarnya terjadi.
       "Duduklah dan dengarkan apa yang ingin aku katakan". Gadis itu duduk seraya menganggukan kepalanya. "Sebenarnya apa maumu? Kenapa sampai detik ini aku belum mengerti apa maumu? Kau datang dan bercerita tentang semua hal berkeluh kesah dan aku pun juga meresponmu sebagai layaknya seorang sahabat. Tapi kenapa tiba tiba saja saat aku membutuhkanmu kau malah diam dan menjauh dari ku?". Usaiku bicra ternyata apa yang ada di benakku sebelumnya terjadi. Kau kembali terdiam dan kemudian pergi menjauh meninggalkanku.
        Setelah maslah itu tak lagi ada sapa diantara kita, tak lagi ada canda gurau di antara kita. Bahkan sikap dinginmu yang aneh dan datang mendekatiku pun kini tak pernah lagi aku temui. Berhari hari sudah suasana seperti ini kita lalui. Kau diam membisu seolah olah sedang menghukumku. Seperti inilah rasanya.
        Hari ke hari sudah bahkan sudah hampir satu minggu. Ini pertama kalinya aku tak melihatmu di sekolah. Tak ada surat yang datang menyatakan tentangmu bahkan teman kelas satu pun tak ada yang mengetahui dia kemana. Sebenarnya ada apa ini. Perasaan ini tiba tiba saja mulai merisaukannya. Seolah olah juga hati ini berbicara ingin sekali untuk datang kerumahnya dan menanyakan kabarnya.
***
     Sama saja dengan orang yang menghuni rumah itu. Sepi dingin dan tak karuan rasanya. Langkah demi langkah sampai akhirnya tepat kaki ini berdiri di depan pintu depan rumahnya. Belum sempat aku mengetuk tiba tiba pintu terbuka begitu saja. Dan muncul laki laki gagah dan berkumis tebal muncul di hadapanku. "Apakah kau Febi temannya Angell? " jawabku dengan mengangguk. "Aurel menitipkan surat ini untukmu. Baru saja tadi pagi ia pindah ke luar kota bersama ibunya".
       Lagi lagi tak ada yang bisa mengira sebenarnya apa maksudnya. Dan lagi lagi dia mmbuatku bingung dan merasa aneh. Ingin sekali rasanya marah tapi ku pikir ini percuma tak ada gunanya lagi bila terus terusan memikirkan sesorang yang jelas jelas tak pernah memperdulikanmu.
***
     Tak terasa sudah setahun terlewatkan dan sekarang aku telah duduk di bangku SMA. Senang rasanya setelah lamanya mendambakan sekolah favorit seperti ini. Hari pertama pun selalu tidak lepas dengan sebuah perkenalan. Teman baru guru baru kini mulai aku kenali satu per satu sekalipun karyawan yang bekerja di sekolah itu juga.
         Satu persatu semua siswa di kelasku memperkenalkan diri hanya saja kali ini guru kami mengurutkannya dengan bangku yang kami duduki. Sampai akhirnya urutan selanjutnya sampai di bangku tempatku berada. "Perkenalkan Namaku Febiola Anggraini panggil saja dengan Keyla.... ". Belum sempat untuk duduk kembali setelah Perkenalan, Miss Diana tiba – tiba saja mengatakan "Apa ada yang belum maju? Kenapa di absen saya kurang satu anak yah? ". Semua siswa yang ada di kelas langsung saja menghitung serempak jumlah siswa yang ada di kelas saat itu. Ternyata benar kelihatannya ada siswa yang belum berangkat. "Miss.. boleh tanya siapa siswa yang belum memperkenalkan diri itu? ". "Oh iya. Namanya Angelina Putri Keyla " namun tetap saja tak ada siswa yang maju memperkenalkan diri. Sampai akhirnya aku tersadar tentang nama itu. Angelina Putri keyla nama sahabat semasa smp ku dahulu yang kini entah dimana keberadaannya. Entah kenapa tiba-tiba saja dia datanng kembali.
    Sontak ini membuatku mengingat apa yang telah terjadi di satu tahun sebelumnya. Tentang kedatangannya tentang sifatnya yang tak bisa dimengerti oleh banyak orang sampai akhirnya aku ingat saat saat dimana aku mengutarakan pemikiranku yang membuatnya marah sampai sampai ia pergi meninggalkanku tanpa pamit.
        Tanpa pamit? Ternyata aku lupa soal surat yang ayahnya berikan padaku ada sebuah kata perpisahan yang sampai saat ini belum sempat aku baca bahkan aku buka sekalipun.
     Meski sempat ragu untuk mebukanya. Baik semuanya akan ku perjelas semuanya.
         Dear Febi sahabatku
    Maaf sebelumnya selama ini aku tak pernah menyadari bahwa aku semunafik ini. Ternyata aku salah, aku kira kau nyaman denganku kau senang denganku ternyata penilaianku salah.
      Hanya kaulah yang bisa mengerti aku paham keadaanku. Kau pun juga tak pernah mengeluh tentang sifatku. Sebelumnya tak ada yang betah denganku. Mungkin benar dengan apa yang kau bilang.
      Terima kasih Febi kini kau telah menyadarkanku. Tapi sebelumnya kau mau mendengarkan ceritaku? Aku rasa kau mau.
    Mungkin sifatku ini ada sebab akibatnya dengan apa yang terjadi di keluargaku. Keluargaku terutama ayah dan ibuku tak seakur keluarga-keluarga orang lain bahkan tak seakur keluargmu. Aku memang tak pernah bercerita soal ini karna aku terlalu menutup diri soal keluargaku.
     Katamu aku aneh dingin dan tak bisa di tebak. Ternya benar setelah berhari hari aku berdiam diri sekarang aku mengerti.
       "Sebenarnya apa maumu? Kenapa sampai detik ini aku belum mengerti apa maumu? Kau datang dan bercerita tentang semua hal berkeluh kesah dan aku pun juga meresponmu sebagai layaknya seorang sahabat. Tapi kenapa tiba tiba saja saat aku membutuhkanmu kau malah diam dan menjauh dari ku?". Katamu begitu.
           Sebenarnya mauku banyak sekali, aku mau keluargaku akur keluarku damai aku mau mereka orangtuaku memperhatikanku. Kau tahu rasa kasih sayang yang seharusnya aku rasakan kini berganti bak rasa amarah yang sangat mendalam. Aku seperti ini karna aku kekurangan kasih sayang.
        Dan tentang kenapa ketika kau butuh aku malah menjauhimu. Itu karena aku takut gerak gerik dan tatapanmu sama seperti gerak gerik dan tatapan ibuku. Aku takut jika itu juga terjadi diantara kita. Karna itu aku lebih memilih diam menjauh.
      Maaf juga aku pergi tanpa pamit. Sementara aku ikut ibuku pindah keluar kota. Untuk beberapa waktu aku akan sekolah di saana. Tapi aku berjanji setelah nanti aku lulus aku akan pindah ke kota ini lagi. Aku akan selalu rindu denganmu.
      Ku harap setelah kau membaca surat ini kau dapat mengerti diriku. Mengerti apa yang selama ini ingin sekali kau mengerti.
    Terima kasih Febiola Anggraini. Semoga kau pun juga menanti kedatanganku J
Sahabatmu
Angelina Putri Keyla.
         Selesai sudah surat yang kau buat untukku kubaca. Ternyata aku juga salah telah menilaimu. Seharusnya memang dari awal kita terbuka seperti ini. Agar aku bisa mengerti maumu dan tak salah paham tentang ini. Terima kasih juga untuk selama ini. Esok saat kau datang kesekolah barumu dan ternyata kita sekelas. Aku rindu itu juga.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »